ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Hanya beberapa hari
tertentu saja, karena ia tidak akan lebih dari 29 atau 30 hari.
Karenanya, tanpa mengetahui seluk beluk dan keutamaan ragam amal dalam
Ramadhan, bisa jadi Ramadhan yang singkat akan benar-benar berlalu
begitu saja, nyaris tanpa amal dan kenangan yang berarti. Setidaknya ada
lima kunci sukses Ramadhan, yang jika kita menjalankannya dengan baik,
insya Allah akan menjadikan Ramadhan kita lebih berharga, lebih terasa,
dan lebih berkah insya Allah.
Bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan kebaikan,
bulan simpati, bulan pembebasan dari neraka, bulan kemenangan atas
nafsu. Pada bulan tersebut, Allah melimpahkan banyak kerunia kepada
hamba-hamba-Nya dengan dilipatgandakan pahala dan diberi jaminan ampunan
dosa bagi siapa yang bisa memanfaatkannya dengan semestinya. Berikut
ini kami hadirkan beberapa amal-amal utama yang sangat ditekankan pada
bulan Ramadhan.
9 Ibadah dan Amalan Utama Bulan Ramadhan
Yang Dianjurkan untuk Dikerjakan
1. Puasa Ramadhan
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ
الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ
شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ
عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu
kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah
'Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku
sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah
meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang
berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan
gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau
tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak
kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim)
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada orang
yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata. Ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan
perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan
minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu) ini merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.
Dalam sabdanya yang lain, "Jika pada hari salah seorang kalian
berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membaut
kegaduhan, dan juga tidak melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan
jika ada orang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia
mengatakan, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran, penglihatan,
lisan, dan seluruh anggota tubuh. Jangan jadikan sama antara hari saat
berpuasa dan tidak.
2. Tarawih Ramadhan
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan
keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ
يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ
قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا
وَقِيَامًا
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang
yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka." (QS. Al-Furqan: 63-64)
Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
dan para sahabatnya. 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata, "Jangan
tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau
melemah maka beliau shalat dengan duduk." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu biasa melaksanakan shalat malam
sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila sudah masuk pertengahan
malam, beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, kemudian berkata
kepada mereka, "al-shalah, al-Shalah." Lalu beliau membaca:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 132)
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?" (QS. Al-Zumar: 9)
Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma berkata, "Luar biasa Utsman bin Affan
Radhiyallahu 'Anhu" Ibnu Abi Hatim berkata, "Sesungguhnya Ibnu Umar
berkata seperti itu karena banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur'an
yang dikerjakan amirul Mukminin Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu
sehingga beliau membaca Al-Qur'an dalam satu raka'at."
Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih
hendaknya mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam
golongan qaimin, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah
bersabda, "Siapa yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka
dicatat baginya shalat sepanjang malam." (HR. Ahlus Sunan)
3. Shadaqah Ramadhan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan.
Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih
pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut.
Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan
Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)
Sesungguhnya shadaqah bulan Ramadhan
memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat
dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di
bulan ini adalah:
a. memberi makan
Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan
kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam
firman-Nya:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ
مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ
لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا
يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ
الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا
جَنَّةً وَحَرِيرًا
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,
anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di
hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan
memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka
kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada
mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera." (QS. Al-Nsan: 8-12)
Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya
atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau
memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam
memberi makan ini kepada orang yang fakir.
Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai manusia,
tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah
malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan
selamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, "Aku mengundang sepuluh
sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu
lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan
Islmail."
Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang
berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin Dinar,
dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu 'Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah
berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan saudara-saudaranya
sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan melayani
mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.
Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di
masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan
sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan,
dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya
bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.
b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang memberi
berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi
tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu 'Anhu, "Siapa yang memberi makan
orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan
dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa
dikurangi sedikitpun dari pahalanya."
. . . Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan
kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai
kemampuan. . .
4. Membaca Al-Qur'an
Sebagaimana telah kami sebutkan pada artikel Kemuliaan Lailatul Qadar,
salah satu kekhususan bulan ramadhan dibandingkan bulan lain adalah
yaitu bulan dimana Al-Qur'an diturunkan, sehingga ada banyak keberkahan
di dalamnya. salah satu amalan yang dianjurkan untuk ditingkatkan adalah
memperbanyakmembaca al-Qur'an.
5. Duduk di Masjid sampai Matahari Terbit
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila shalat Shubuh
beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim).
Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ
ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
تَامَّةٍ
"Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu duduk berdzikir kepada
Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka'at, maka baginya
seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna , sempurna."
(Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Keutamaan ini berlaku pada semua hari, lalu bagaimana kalau itu
dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat
menggapainya dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shalih
yang bangun di akhirnya, dan menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah
dan bersemangat untuk menggapai derajat tinggi di surga.
6. I'tikaf Akhir Ramadhan
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa beri'tikaf
pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan diwafatkannya,
beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim).
I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan;
berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum
pernah melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia
akan mudah bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat
dengan niat yang benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong.
Dianjrukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir adalah untuk mendapatkan
Lailatul Qadar.
I'tikaf merupakan kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena seorang
mu'takif (orang yang beri'tikaf) mengurung dirinya untuk taat kepada
Allah dan mengingat-Nya, memutus diri dari segala kesibukan yang bisa
mengganggu darinya, ia mengurung hati dan jiwanya untuk Allah dan
melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan kepada-Nya. Maka bagi orang
beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali Allah dan mendapat
ridha-Nya.
7. Umrah Bulan Ramadhan
عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
"Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
dalam riwayat lain, "seperti haji bersamaku." Sebuah kabar gembira
untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
8. Menghidupkan Lailatul Qadar
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih
baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadar: 1-3)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala,
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berusaha mencari Lailatul Qadar
dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya. Beliau juga
membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan
mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara
marfu', "Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia
mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan
datang." (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang
dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat
Muslim)
. . . Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya
pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah
malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim. . .
Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat
tabi'in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari
terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan
tinggikan kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan
umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada
malam kemuliaan ini.
Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya
lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar
yang bukan Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan
kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.
Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada
malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke
27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab
Radhiyallahu 'Anhu, "Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu,
dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan
kami untuk shalat, yaitu malam ke-27." Dan Ubai bersumpah atas itu
dengan mengatakan, "Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh
Ramadhan Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di
pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau."
Dari 'Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan
Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, "Ucapkan:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
9. Memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar
Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan
utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa, khususnya
pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:
- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan
berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang
beristighfar, pasti Aku ampuni dia."
- Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, "Dan di
akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS.
Al-Dzaariyat: 18)
. . . Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan,
minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan
malamnya dengan amal shalih. . .
Tips Kiat Memaksimalkan
Ibadah dan Amalan Bulan Ramadhan
Menghayati Hikmah dan Manfaat Puasa
Jika seorang memahami maksud, hikmah dan manfaat dari apa yang dilakukan, maka tentulah ia akan menjalankannya dengan ringan dan senang hati. Maka begitu pula seorang yang berpuasa, ketika ia benar-benar mampu menghayati hikmah puasa, maka ibadah yang terlihat berat ini akan dijalani dengan penuh kekhusyukan dan hati yang ringan. Diantara hikmah puasa antara lain adalah : Menjadi madrasah ketakwaan dalam diri kita, sebagaimana isyarat Al-Quran ketika berbicara kewajiban puasa, yaitu la’allakum tattaqun .. agar supaya engkau bertakwa.
Hikmah puasa yang lain adalah menggugurkan dosa-dosa kita yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat seputar keutamaan ibadah puasa Ramadhan. Hikmah puasa berikutnya tentu saja menjadikan kemuliaan tersendiri bagi yang menjalaninya saat hari kiamat nanti. Jangankan amal ibadahnya, bahkan bau mulut orang yang berpuasa pun menjadi tanda kemuliaan tersendiri di akhirat nanti. Subhanallah, Rasulullah SAW bersabda: “ Sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di sisi Allah SWT dari aroma kesturi (HR Bukhori).
Dengan memahami hikmah puasa ramadhan yang begitu besar dan mulia bagi diri kita, maka insya Allah membuat kita lebih semangat dalam menjalani hari-hari Ramadhan kita.
Mengetahui Fiqh dan Aturan-aturan dalam Ibadah
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda : “seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) “. (HR Ibnu Majah).
Hadits diatas menegaskan kepada kita tentang urgensinya beribadah dengan ilmu. Bahkan salah satu syarat diterimanya ibadah adalah ittiba atau sesaui aturan dan sunnah Rasulullah SAW.
Dalam kaitannya dengan puasa, sungguh ibadah ini mempunyai kekhususan dalam aturan fiqhnya yang berbeda dengan lainnya. Para ulama pun menjadikan bab puasa sebagai pembahasan khusus dalam kitab fiqhnya. Kita perlu mengkaji ulang, bertanya dan mempelajari apa-apa yang belum sepenuhnya kita yakini atau kita ketahui. Agar kita mampu menjalani ibadah ini dengan baik tanpa keraguan sedikitpun. Hal yang penting kita ketahui utamanya tentang apa-apa yang dibolehkan, apa-apa yang membatalkan, siapa saja yang boleh berbuka dan apa konsekuensinya. Mari kita sempatkan dalam hari-hari ini untuk kembali mengkaji fiqh seputar puasa. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah ilmu ibadah yang mulia.
Menjaga Puasa kita agar Tetap Utuh Pahalanya
Yang dimaksud menjaga puasa kita adalah upaya untuk menjadikan pahala puasa kita utuh. Dua cara yang harus kita lakukan dalam kaitannya dengan hal ini, yaitu menjalani sunnah-sunnah puasa, serta menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi pahala dan hikmah puasa.
Adapun sunnah-sunnah puasa, antara lain adalah mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Sunnah yang sederhana ini adalah bagian dari kemudahan dan keindahan syariat Islam. Kita diminta mengakhirkan sahur, sebagai persiapan untuk menjalani puasa seharian. Begitu pula kita diminta menyegerakan berbuka, sebagai kebutuhan fitrah manusia yang harus diperhatikan.
Sunnah puasa lainnya adalah dengan berdoa sebelum dan saat berbuka, serta berbuka dengan seteguk air. Semoga sunnah yang sederhana ini bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan pahala puasa kita.
Menjaga puasa juga dengan menjauhi segala sikap dan tindakan yang akan mengurangi keberkahan puasa kita, seperti : marah tiada guna, emosional, berdusta dalam perkataan, ghibah, maupun kemaksiatan secara umum. Hal-hal semacam di atas, selain dilarang secara umum bagi seorang muslim, juga akan mempengaruhi kualitas puasanya di hadapan Allah SWT.
Jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita : Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja (HR An-Nasai)
Mari kita mengambil pelajaran dari hadits di atas, untuk kemudian meniti hari-hari ramadhan kita dengan penuh kehati-hatian dan perhitungan. Siapapun kita tidak akan pernah rela jika hanya mendapat lapar dahaga saja di bulan mulia ini.
Menghias Puasa dengan Ragam Amal yang disyariatkan dalam Ramadhan
Sesungguhnya ibadah dalam bulan Ramadhan bukan hanya puasa saja. Tetapi banyak ragam ibadah yang juga disyariatkan dalam bulan penuh berkah ini. Mari kita menghias Ramadhan dengan ibadah-ibadah mulia tersebut, agar ramadhan sebagai madrasah ketakwaan benarbenar hadir dalam hidup kita. Rasulullah SAW telah memberikan contoh pada kita bagaimana beliau menghias hati-hati Ramadhannya dengan: Tadarus Tilawah, memperbanyak sedekah, sholat tarawih, memberi hidangan berbuka, bahkan juga I’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang terakhir. Jika kita ingin merasakan Ramadhan yang berbeda dan begitu bermakna, tentu menjadi penting bagi kita untuk menghias Ramadhan kita dengan amal ibadah tersebut. Keberkahan Ramadhan akan begitu terasa paripurna dalam hati kita.
Mempertahankan atau Menjaga Semua Amal dengan Istiqomah hingga akhir Ramadhan.
Bulan ramdhan dipenuhi banyak amalan yang sungguh akan melelahkan sebagian besar orang. Karenanya kita sering menjadi saksi bagaimana kaum muslimin ‘berguguran’ dalam perlombaan Ramadhan ini sebelum mencapai garis finishnya. Sholat tarawih di masjid mulai menyusut sedikit demi sedikit seiring berlalunya hari-hari awal Ramadhan. Karenanya, merupakan hal yang tidak bisa dibantah adalah jika kesuksesan Ramadhan bergantung dari keistiqomahan kita menjalani semua kebaikan di dalamnya hingga akhir Ramadhan tiba.
Syariat kita yang indah pun seolah memberikan motivasi di ujung ramadhan, agar kita bertambah semangat dalam beribadah, yaitu dengan menurunkan malam lailatul qadar yang mulia. Rasulullah SAW pun menjalankan I’tikaf untuk menutup bulan keberkahan ini. Beliau juga bersungguh-sungguh di penghujung Ramadhan. Ibunda Aisyah menceritakan kepada kita : adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim)
[Sumber: Voa-islam.com]
0 Response to "9 Ibadah dan Amalan Utama Bulan Ramadhan Yang Dianjurkan untuk Dikerjakan "
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.